International Open University
> Artikel
Kenapa Psikologi Islam? Memahami Jiwa Manusia Sesuai Al-Qur’an & Sunnah
Ilmu psikologi merupakani kajian ilmiah tentang perilaku dan proses mental manusia mulai berkembang pesat pada abad ke-19 seiring dengan kemunculan psikologi sebagai disiplin ilmu tersendiri, terpisah dari filsafat dan biologi. Tokoh-tokoh seperti Wilhelm Wundt, Sigmund Freud, dan William James berperan penting dalam membentuk dasar-dasar teori dan pendekatan psikologi modern, seperti psikoanalisis, behaviorisme, hingga kognitivisme. Sejak saat itu, psikologi terus berkembang menjadi ilmu yang aplikatif, mencakup berbagai bidang seperti klinis, pendidikan, industri, dan sosial, serta digunakan secara luas dalam membantu manusia memahami dirinya dan lingkungannya secara lebih objektif dan terukur.
Namun, jauh sebelum kemunculan psikologi modern di Barat, pemikiran tentang jiwa dan perilaku manusia telah dikaji secara mendalam dalam khazanah keilmuan Islam. Psikologi Islami berpijak pada konsep dasar tauhid dan pandangan holistik terhadap manusia sebagai makhluk jasmani dan ruhani. Tokoh-tokoh seperti Al-Farabi, Al-Ghazali, dan Ibnu Sina telah membahas aspek-aspek psikologis dalam karya-karya mereka, termasuk tentang kejiwaan, motivasi, emosi, dan terapi spiritual. Psikologi Islami tidak hanya membahas perilaku manusia, tetapi juga menekankan aspek moral, nilai, dan hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Dengan demikian, psikologi Islami hadir sebagai pendekatan yang menyeluruh, mengintegrasikan ilmu psikologi dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Ilmu psikologi dalam lingkup Islami merupakan kajian tentang jiwa, perilaku, dan kondisi mental manusia yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber utama pemahaman terhadap hakikat manusia. Dalam Al-Qur’an, manusia digambarkan sebagai makhluk yang memiliki jasad, akal, hati, dan ruh, yang masing-masing memiliki peran dalam membentuk kepribadian dan perilaku. Allah ﷻ berfirman, “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS. Asy-Syams: 7-8), menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi baik dan buruk yang perlu dikenali dan dikendalikan. Psikologi Islami menempatkan ketenangan jiwa (nafs al-muthmainnah) sebagai tujuan utama, yang dicapai melalui kedekatan kepada Allah, ibadah yang benar, serta pengendalian hawa nafsu, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dalam sunnah-sunnah beliau yang menekankan keseimbangan antara aspek ruhani, emosional, dan sosial dalam kehidupan seorang Muslim.

Memahami ilmu psikologi dalam perspektif Islam sangat penting karena ia membantu seseorang mengenali dan mengelola kondisi kejiwaan berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah. Dengan memahami konsep-konsep seperti nafs, qalb, ruh, dan akal, seorang Muslim dapat menata dirinya menuju jiwa yang tenang (nafs al-muthmainnah), serta menjaga kesehatan mental dan spiritual secara seimbang. Ilmu ini tidak hanya bermanfaat untuk memperbaiki diri, tetapi juga untuk membantu orang lain menemukan ketenangan dan solusi atas masalah hidupnya dengan pendekatan yang sesuai dengan ajaran Islam. Ketika ilmu ini dibagikan dan diamalkan dalam kebaikan, ia menjadi salah satu bentuk amal jariyah yang pahalanya terus mengalir, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim).
Ingin mengetahui lebih lanjut tentang Program Studi S1 dan S2 Psikologi Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah di International Open University (IOU)? Temukan informasi lengkapnya dan mulailah perjalanan ilmiah Anda menuju pemahaman jiwa yang islami dan bermanfaat di sini:
Program S1 Psikologi IOU https://bahasa.iou.edu.gm/stream/psy/ dan Program S2 Psikologi IOU https://bahasa.iou.edu.gm/stream/mpic/
